Kemudahan yang Sulit -->

close
Klik 2x untuk menutup(x)
Selamat Datang Daeng Kajang di Kota Makassar

Kemudahan yang Sulit

Kemudahan itu memiliki sisi sulit. Saat kendaraan masih sulit, rasanya malah lebih mudah menengok kampung nenek. Kini, kampung itu hanya empat jam bermobil itupun sudah dengan risiko macet. Tapi dulu, jarak ini harus ditempuh dengan cara bangun subuh untuk bisa sampai sebelum maghrib. Pertama harus naik oplet, lalu disambung bus, ganti andong dan kendaraan terakhir adalah jalan kaki karena beratnya medan. Kini, ketika perjalanan telah menjadi mudah, betapa sulit mengunjungi kampung ini. Ada saja kesulitan yang tak pernah saya duga sebelumnya, yakni: kesibukan.

Benarkah saya sibuk? Ternyata tidak. Saya bisa berhari-hari di rumah. Jadi mestinya saya bisa dengan mudah berkunjung ke kampung nenek karena secara teknis mudah sekali. Kenapa menjadi sulit? Ternyata karena prioritas di otak saya telah berubah. Fisik saya pasif dan diam, tetapi otak saya bisa berjam-jam keruh oleh komputer dan aneka gagdet. Telpon tak henti-henti berdering, SMS tak henti-henti menyalak dan beberapa di antaranya butuh berbaku-balas berkali-kali. Apakah untuk soal-soal yang penting dan mendesak? Tidak. Ia tidak mendesak secara kebutuhan, tetapi menjadi mendesak karena keinginan.

Jadi daftar kesibukan saya kini menjadi padat sekali oleh keinginan walaupun tubuh saya tidak ke mana-mana. Sibuk apa saya ini? Inilah bahayanya, saya sangat sibuk untuk soal-soal yang bahkan belum saya mengerti. Karena ia sama sekali bukan soal penting dan mendesak tapi tiba-tiba semuanya menjadi terasa penting mendesak. Untuk membuka Twitter dan Face Book saja, saya bisa menunda bertemu saudara dengan alasan karena saya sedang sibuk bekerja. Padahal kesibukan yang sangat menyita konsentrasi itu bisa jadi hanya bernama bagaimana cara menulis tweet agar banyak di-retweet dan menulis status agar banyak di-like. Atau karena di jam ini di TV itu ada live penyanyi anu yang lama ditunggu dan di TV sebelahnya ada drama Korea yang mengharu biru.

Tiba-tiba banyak sekali prioritas hidup saya yang mengembang ke segenap jurusan tanpa saya sendiri sanggup mengendalikan. Ada banjir informasi di benak saya yang semuanya menarik perhatian. Maka kampung nenek yang kini telah menjadi dekat oleh teknologi itu menjadi terasa jauh juga karena teknolgi. Banyak soal-soal yang dekat menjadi jauh karena saya tak tertarik lagi. Kemunculan Windows seri delapan jauh lebih saya tunggu katimbang kemunculan saudara jauh dengan oleh-oleh ayam jago dalam keranjang bambu. Untuk menunggu varian HP terbaru, saya butuh antre berminggu-minggu dan untuk jenis mobil terbaru saya harus berdesakan menungu barang yang baru bisa tiba di show room enam bulan ke depan. Kata ganti saya di sini bisa saya ganti dengan dia, Anda, kami dan kita. Otak kita di hari-hari ini menjadi sangat sibuk untuk memilih aneka tawaran yang tak semuanya kita pahami tapi amat kita minati. Ada zaman ketika begitu banyak ketersediaan tapi mendatangkan kebingungan pilihan.