Ritual Cemme Passili di Desa Ulo -->

close
Klik 2x untuk menutup(x)
Selamat Datang Daeng Kajang di Kota Makassar

Ritual Cemme Passili di Desa Ulo

Ilustrasi/kompas.com
- Warga Potong Puluhan Ekor Kuda
WATAMPONE,FAJAR--Sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah, warga Desa Ulo, Kecamatan Tellu Siattingnge, punya tradisi unik mengungkapkan rasa syukur tersebut, warga di desa itu pun menggelar tradisi "Cemme Passili" atau Mandi Suci.
Ribuan orang berkumpul di satu titik di tanah lapang di Desa Ulo, yang berada tak jauh dari sungai di desa itu. Suasana yang sebelumnya hening pun tiba-tiba menjadi riuh, setelah warga yang sebelumnya berkumpul di lapangan saling menceburkan ke sungai. Tradisi di desa ini sudah dilakukan turun temurun. Tradisi Cemme Passili ini digelar Senin, 25 November lalu.
Dalam tradisi Cemme Passili itu pun warga memotong puluhan ekor kuda. Puluhan ekor kuda itu juga sebagai pelengkap dari tradisi yang digelar setiap tahun ini.
Tokoh masyarakat sekaligus Kepala Desa Ulo, Andi Kusayyeng, mengatakan, tradisi yang digelar setiap tahunnya usai warga di desa ini memanen hasi pertaniannya sudah berlangsung turun temurun. "Tradisi ini sudah berlangsung sejak ratusan tahun lalu,"kata dia.
Dia menceritakan, tradisi ini diawali saat desa itu dilanda kemarau panjang, bahkan akibat kemarau itu, banyak warga yang kelaparan. Andi Kusayyeng menambahkan, sang raja yang memerintah saat itu, bermimpi berada di sungai.
Usai bermimpi itulah, kata Andi Kusayyeng, raja saat itu pun memerintahkan warganya berkumpul di sungai. Saat berkumpul itulah, para warga memohon doa kepada Tuhan, agar kemarau berkepanjangan yang melanda desanya dapat berakhir, dengan diturunkannya hujan.
Tak lama berselang, kata dia, hujan pun turun yang disambut suka cita oleh warga. Turunnya hujan saat itu, juga mengakhiri kemarau panjang di desa ini, sehingga sebagai bentuk rasa syukur, bahkan saking gembiranya warga pun saling menceburkan ke dalam sungai. Tak hanya itu, sejumlah kuda yang sebelumnya digunakan para warga untuk berkumpul di pinggir sungai saat itu, dipotong kemudian disajikan, sebagai bentuk kesyukuran warga."Inilah awal tradisi ini, di mana warga saling menceburkan ke dalam sungai dan memotong kuda sebagai bentuk kesyukuran,"ujar dia.

Kepala Desa Ulo ini menjelaskan, pelaksanaan tradisi Cemme Passili ini digelar setiap tahunnya, tetapi untuk penentuan pelaksanaannya itu sendiri berdasarkan hasil musyawarah warga di desanya, tetapi tradisi itu harus digelar pada hari Senin. Hal itu, kata dia, sesuai dengan hari di mana turunnya hujan saat terjadi kemarau panjang yang melanda desa ini saat diperintah oleh seorang arung atau raja ratusan tahun silam.

Dia menjelaskan, saat digelar tradisi Cemme Passili Senin lalu, sekitar 60 ekor kuda yang dipotong oleh warga. Puluhan ekor kuda yang dipotong itu, kata dia, merupakan hasil patungan warga itu sendiri. Setelah dipotong, kata dia, daging kuda itu pun dibagi-bagikan serta disajikan kepada tetamu yang hadir dalam tradisi yang digelar setiap tahunnya ini.

Salah seorang warga, Saenal, mengatakan, tradisi Cemme Passili sebagai bentuk tradisi yang memperkuat dan mempererat silahturahmi antar sesama warga di Desa Ulo. Selain itu, kata dia, kegiatan ini harus terus dilestarikan.
Dikirim melalui BlackBerry® dari 3 – Jaringan GSM-Mu